/kekuatan-jokowi-untuk-pilpres-2019-dianggap-lebih-besar-dari tahun 2014


menyebut Presiden Joko Widodo memiliki modal yang lebih kuat untuk kembali jadi presiden 2019. Ia membandingkan dengan saat Jokowi "nyapres" 2014 lalu. Dukungan sama-sama besar, namun kali ini dukungan politik juga semakin kuat. "Beda banget, 2014 elektabilitas Jokowi dengan sekarang jelas berbeda. Lebih tinggi sekarang," ujar Maruarar di Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (20/4/2018). Dari segi dukungan politik, Jokowi kini berhasil merangkul lebih banyak partai politik. PDI-P, Partai Golkar, Partai Nasdem, PPP, Partai Hanura, PSI, dan Perindo telah menyatakan dukungannya pada Jokowi. Jumlah koalisi akan lebih besar dibandingkan 2014 lalu. Kemudian, elektabilitasnya juga meningkat. Hal ini, kata Maruarar, menunjukkan bahwa suara di akar rumput juga kian kuat.  Baca juga : Politisi Gerindra Sebut Tertutup Opsi Pasangkan Prabowo-Jokowi "Bargaining position politik Jokowi sebagai capres sangat kuat karena didukung tokoh agama, jaringan pemuda, dan berbagai jaringan dan politiknya juga stabil," kata Maruarar. Meski begitu, pihaknya tak mau menyombongkan diri. Saat ini tinggal menunggu Jokowi mencari calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Siapapun wapresnya, kata dia, harus bisa meningkatkan elektabilitas mereka. Faktor kedua yang juga penting yakni kenyamanan dan kecocokan Jokowi dengan calon wakilnya. Baca juga : Survei Cyrus Network: Elektabilitas Jokowi 58,5 Persen, Prabowo 21,8 Persen "Dulu SBY pilih Boediono pasti bukan karrna elektabilitas, tapi kenyamanan. Yang paling sempurna kalau satu orang punya elektabilitas dan kecocokan dengan capres," kata Maruarar. "Jokowi sebagai pimpinan pasti punya pikiran bagaimana meneruskan infrastruktur, bagaimana membangun tol laut, dan sebagainya," lanjut dia. Meski begitu, ia tidak dapat memastikan kapan Jokowi akan mengumumkan cawapresnya. Menurut Maruarar, Jokowi tak perlu terburu-buru mengumumkannya. Sebab, saat ini posisinya sudah sangatnkuat sehingga bisa tenang memilih cawapres yang "sreg" dengannya. "Yang pasti ideologinya pancasila, bisa kerjasama untuk percepatan pembangunan, menjaga persatuan kesatuan bangsa," kata Maruarar. 



Komentar